Basmalah... Bismillahirrahmanirrahiim

Hope Allah always beside on me, beside on us... and blessing all we do. Because without Allah, we are nothing.
Start everything in the name of Allah.

Kunjungan

Akhirnya mendapatkan petunjuk, untuk menjadikan halaman ini sebagai ruang belajar baru antara aku dan anakku. antara Shafiyyah dan Saffanah. mari kita coba -23042013-
free counters
Blogger Indonesia

Monday, October 03, 2011

cerpen 1 : Doa

Suatu hari di awal Oktober yang bersinar indah, sepasang gadis merayakan hari lahirnya yang ke-20. Seorang gadis bernama Davee, mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta bergengsi, yang punya banyak tambahan penghasilan dengan menjadi model foto dan video-klip penyanyi-penyanyi terkenal di negeri ini. Dan seorang Gadis lainnya bernama Divaa, hanya seorang mahasiswi yang tidak pernah terlalu terkenal di kampusnya, suka berkutat dengan buku dan tidak suka kalau didekati secara langsung oleh para penggemar Davee yang mau minta nomer telpon melalui dia.

 

Mereka tidak pernah sama dalam banyak hal, sekali pun sama-sama cantik dan menarik, tapi Davee jauh lebih pemberani dan punya banyak kemauan untuk maju dan menjadi nomer satu. Sedangkan Divaa, sekalipun dia sering menyanyi, tapi hanya dalam paduan suara, saat ditawari untuk menyanyi solo, itu hanya akan diterimanya kalau dia menyanyi untuk ajang besar, yang penontonnya tidak kenal Davee atau mama atau papa atau siapa pun yang ada di rumah.

 

Hari itu, saat sebelum meniup lilinnya bersamaan, mereka berdoa, untuk impiannya masing-masing.

 

Doa Davee

 

Tuhan, ini adalah permintaanku yang sangat penting, tolong kabulkan yaa…

Aku ingin menikah di ultahku yang ke-25, dengan Radita yang paling aku cintai di seluruh dunia. Aku ingin karirku Berjaya sebagai akuntan dengan gaji dollar yang berlimpah. Dan sebelum usiaku 30, aku ingin sudah punya rumah mewah dan Lamborghini terbaru di tahunnya nanti. Oh, ya, jangan lupa Tuhan, aku tidak ingin terlihat lebih tua dari Divaa, karena aku masih ingin tetap jadi model sampai aku lebih senior daripada Inneke atau pun yang lain. Kabulkan ya Tuhan.

 

Doa Divaa

 

Tuhan, ini adalah hari terbaikku, ada Davee, ada mama, ada papa. Terima kasih karena telah mengumpulkan mereka disini Tuhan, Terima kasih karena telah memberiku kesempatan hidup, dan berkumpul bersama mereka hingga hari ini. Aku bukan yang teristimewa di sisi-Mu, tapi Kau adalah yang teristimewa untukku. Karena itu hanya kepada-Mu aku akan meminta.

Biarkan aku menemukan jodoh terbaikku dengan cara yang terbaik menurut-Mu, dan dia akan meminangku disaat yang tepat bagi-Mu. Aku tidak ingin harta seperti Raja Midas, aku hanya ingin Engkau memberiku setiap suapan dengan kasih-Mu, hingga aku tetap akan bisa membahagiakan mereka yang disekitarku. Dan masa depanku adalah rahasia-Mu, aku akan menerima setiap kebaikan-Mu sebagai hadiah terbaik bagiku. Terima kasih Tuhan, karena-Mu, aku ada.

 

Dan lilin itu ditiup bersama.

 

10 tahun kemudian.

 

Davee menatap Divaa murung, sekalipun di bibirnya terulas senyum, tapi wajahnya tidak menyiratkan kebahagiaan apapun. Selayaknya seeseorang yang marah, itu yang tergambar pada raut Davee, saat dia menatap bayi kecil di pelukan Divaa.

 

Ada Aditya, Sheila, dan si new born baby Arkan, yang mengelilingi Divaa dan saling berpelukan penuh kasih. Mereka sedang ada di dalam ruang rawat untuk si ibu. Dan Divaa sedang akan menyusui bayi-nya kali pertama. Mama dan Papa menatap dari jauh kebahagiaan Divaa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, di perayaan usianya yang ke 30, hari jadi pernikahannya yang ke 6, Divaa punya dua orang anak yang sehat dan diberkahi kesempurnaan. Semua tampak lengkap dan saling melengkapi, tapi kebahagiaan itu tidak ada diraut wajah Davee, perlahan tanpa disadari yang lain Davee keluar dari kamar itu, dan duduk sendiri, menatap kue ulang tahunnya yang masih utuh.

 

Beberapa jam kemudian, saat mama dan Papa sudah pulang, Aditya sedang mengurus kebutuhan Sheila, dan baby Arkan sedang terlelap di kamar bayi, Davee menghampiri saudara kembarnya itu dengan kue ulang tahun tanpa lilin di tangannya.

 

Divaa menyambutnya dengan tersenyum tulus, lalu mereka mulai mengobrol, diawali dengan sapa Divaa yang sangat tulus.

 

“Kakak ku yang cantik, kenapa sedih?”

 

“Aku bukan kakak-mu, aku cuma saudara kembarmu yang tidak seberuntung kamu.”

 

“Kok, gitu sih, ngomongnya? Nanti Tuhan marah, lho. Dia sudah kasi kita usia sampai hari ini, semuanya harus disyukuri.”

 

“Tapi aku tidak bisa merasakan apa yang kamu rasakan, akutidak punya semua yang kamu punya.”

“Kenapa? Apa Kakak gak pernah minta sama Tuhan?”

 

“Aku minta semua, semua-mua-nya, waktu kita tiup lilin, aku selalu ingatkan Tuhan semua yang aku mau.”

 

“Waktu tiup lilin? Waktu tiup lilin aja?” Davee meng-angguk kuat-kuat.

“Kakak gak pernah ingatkan Tuhan diwaktu lain?”

 

“Diwaktu lain kapan maksudnya?”

 

“Disetiap waktu, saat Kakak mengingat-Nya, disetiap kebahagiaan yang harus disyukuri karena semua keberkatan-Nya, disetiap menit yang kita punya?” Davee menutup matanya sesaat, lalu menatap Divaa, dan menggeleng lemah.

 

“Kak, maaf, kalau Divaa tidak bisa selalu mengingatkan kakak. Tapi kali ini Divaa akan ingatkan kakak tentang sesuatu. Kakak, Tuhan sangat Pemberi. Dia tidak pernah pilih kasih, tapi Tuhan tidak akan memberi apa pun dari apa yang kita inginkan, kalau kita tidak mau meng-ingat semua pemberian Dia, dan bersyukur pada-Nya.

 

Kakak ingat saat kakak mendapatkan pekerjaan di bank hari itu? Semua orang bersyukur untuk itu, termasuk aku. Dan saat Kakak batal menikah dengan Radita, semua bahagia, karena segala yang buruk dibuka-kan Tuhan pada kita. Aku sangat bersyukur untuk itu, sekali pun kakak mengurung diri sampai mama dan papa kebingungan. Dan saat tawaran untuk show ke Milan datang, papa dan Mama selalu berdoa pada Tuhan, agar pilihan yang datang itu adalah yang terbaik, yang bisa jadikan kakak pulih dari kesedihan kakak, dan membuat kakak berani menjalani hidup lagi. Dan semua itu, karena syukur dan doa kita semua pada Tuhan.”

 

“Tapi kamu miliki semua yang ada dalam doaku.”

 

“Apa kak?”

 

“Suami, anak, kasih sayang, rumah, dan semua-mua-nya, yang sampai hari ini aku inginkan, tapi belum aku dapatkan.”

 

“Kak, setiap doa adalah pengharapan. Tapi doa itu bukan sesuatu yang harus sama persis seperti apa yang kita inginkan lalu Tuhan berikan pada kita.” Divaa menghela nafasnya, dia mengambil gelas disisinya, lalu mengisinya dengan air, bening.

 

“Kakak lihat isi gelas ini? Bening, aku yang mengisikannya kedalam gelas.”

 

“Maksud kamu?” Sesaat Divaa meneguk airnya, langsung habis.

 

“Seperti itu Tuhan mengabulkan apa yang kita inginkan. Kita hanya bisa ber-doa dan berusaha, disetiap waktu yang kita punya, seperti air dalam gelas tadi, bening. Dan aku meminumnya dengan kerelaan, karena hanya itu yang ada, dan Tuhan hanya memberiku air itu, bukan yang rasanya manis, bukan yang warnanya merah, bukan yang membuatku tidak pernah haus lagi. Kalau saja aku minta pada Tuhan, aku ingin air yang manis, merah, dan menggugah selera, mungkin malah Tuhan tidak memberiku air satu tetes pun, karena aku meminta dengan syarat, dan Tuhan adalah satu yang paling tidak suka diberi syarat.”

 

“Jadi?”

 

“Jadi, kalau meminta pada Tuhan, mintalah sesuatu, yang menurut Tuhan, adalah yang terbaik, terbaik untuk kita dapatkan. Jangan meminta apa pun, dengan syarat, seperti yang kita mau.”

 

Davee mengangguk lemah, dan dia menundukkan kepalanya dalam diam, Divaa meraih jemari saudaranya itu dan menggenggamnya lembut.

 

“Ayo, kita berdoa, kak. Trus tiup lilin.”

 

 

Malang, 3 Oktober 2011

Untuk Gerakan 30 Hari Menulis.

(1077 kata)


+ gambar dari sini


1 comment:

tinggalkan pesan anda disini...