Basmalah... Bismillahirrahmanirrahiim

Hope Allah always beside on me, beside on us... and blessing all we do. Because without Allah, we are nothing.
Start everything in the name of Allah.

Kunjungan

Akhirnya mendapatkan petunjuk, untuk menjadikan halaman ini sebagai ruang belajar baru antara aku dan anakku. antara Shafiyyah dan Saffanah. mari kita coba -23042013-
free counters
Blogger Indonesia

Sunday, December 28, 2008

L3L4K1 BuNG4 #2

Cerita sebelumnya:

Ada 3 orang cowok; Dion, Kaka, dan Vito... berurusan dengan seorang Terry....


“Terry, maksudmu apa, sih?” Vito melirikku yang sedang mencoba mengalihkan perhatianku dari lembar surat perjanjian dihadapannya.

“Gak ada.”

“Serius loh?” Vito benar-benar tidak mempercayaiku.

“Iya, aku cuma suka aja sama kalian.” Aku menemukan senyuman yang tidak biasa di wajah Kaka.

“Suka?” Dia bergumam yang bisa didengar oleh kami semeja.

“Naksir?” Dion menegaskan.

“Ha? Ya, gak lah!” Aku serasa tertawa dengan ketidakmengertian mereka tentangku.

“Trus?” Dion masih lebih penasaran.

“Ini.” Aku menyodorkan mereka satu buku yang baru saja selesai kukerjakan. “Aku berniat membukukan sesuatu yang benar-benar beda, dan menurut aku kalian beda.”

“Beda?” Kaka menarik buku itu dari Vito, dia tampak tak percaya dengan pernyataanku kali ini.

“Coba buka halaman 13, Ka.” Aku mengujinya dengan satu kenyataan tentang apa yang dia tak pernah pahami. Kaka membaca bait itu, didengar semua.


Berjalan sendiri

Menyusuri jalan yang sepi

Tanpamu kusadari

Aku hanya sosok kosong

Jiwaku pergi bersamamu

Kenangan indah tak cukup

Obati rindu yang melagu

Dan aku tak pernah berhenti

Menantimu kembalikan jiwaku


“Bagus, keren.” Vito memuji tulus.

“Itu kamu.” Aku menatap Kaka yang tak percaya dengan pujian Vito padaku.

“Ha? Maksud kamu?” Kali ini dia penasaran.

“Iya, kadang sosok seseorang bisa diambarkan dengan puisi, dan aku melakukannya pada kalian.” Dan aku mulai membagi bibit keindahan yang akan menjadikan mereka jauh lebih indah dari yang hari ini.

“Gak ngerti.” Dion jujur tentang ketidak-mengertiannya.

“Satu tahun ini aku selalu jadi tempat curhat teman-teman satu kos. Bosen. Aku gak minat pacaran, tapi kenapa aku harus jadi sok pintar dengan menjadi konsultan hati mereka. Aku gak suka, sedangkan disatu sisi, kadang mereka membicarakan tentang pilihanku, being single. Dan sejak kalian muncul di acara kampus hari itu, kalian adalah idola mereka.”

“Idola?” Kali ini mereka serempak terkejut.

“Tiap malam Dion, baru satu menit selesai Dion, ganti Vito, trus kamu, Ka. Mutia itu seakan tidak punya idola lain selain kamu.”

“Kamu satu kos dengan Mutia?”

“Gak, tapi dari kamarnya ke balkon, ketemu kamarku. Dan jadilah dia mengacaukan jam tidurku tiap malam minggu.”

“Serius? Memang sampai jam berapa?”

“Kadang jam satu, kalau dia paksa aku bisa sampai jam dua, jam tiga.... sekali.”

“Maafin sepupu gue ya!”

“It’s Ok. Tapi kalian benar-benar harus menebusnya!” Kali ini mereka memahami alasannya tanpa bertanya lebih banyak lagi.


Merajut sutera ungu

Diantara hamparan biru

Mengenang duka yang berlalu

Tanpa satu bait pun lagu

Hanya aku sendiri menanti

Apa yang tak lagi berarti

Tanpa hadirnya kekasih hati

Yang selalu menghibur hidup ini

Ada jembatan kebahagiaan

Terhampar dalam jalur utara kesedihan

Yang selalu diuraikan

Bersama dengan rasa kehilangan

Aku dalah untaian biru

Yang diuraikan bersama ungu

Menjalin keindahan diantara cemburu

Menghapuskan semua kabut tanpa ragu


Apa yang akan terjadi setelah bait-bait ini kutemukan dalam catatan Kaka yang aku pinjam, aku tidak tahu. Tapi yang pasti, setiap kali bertemu dengan Kaka aku selalu berusaha menemukan, siapa yang telah memacu instingnya untuk bicara cinta.



(looking for model for this story)


Thursday, December 25, 2008

Kalau Teman - mu BENAR-BENAR TEMAN / catatan akhir tahun - UNTUK MP WRITING EVENT : UNFORGETABLLE 2008

Ini sebuah catatan yang pernah aku tulis sebelum memasuki akhir tahun ini. Tentang Pertemanan yang tidak sekedarnya, tentang pertemanan yang bukan hanya kecapan lidah atau isapan jempol.

"Mungkin tidak banyak yang tau dan mengerti, berteman itu butuh energi. Tapi, semakin banyak pertemanan yang dibangun, maka akan semakin banyak energi yang didapat - setelah kita membuang energi untuk membangun pertemanan yang kita inginkan."

Ini catatan panjang tentang teman baikku, Fara.


dia mungkin hanya seorang anak perempuan yang tidak meninggalkan kesan bagi yang menemukannya "sekilas pandang". Penampilannya sangat sederhana, tidak pernah mencolok - selain kadang dia suka padu padan yang rada gak nyambung- atau menjadi beda dalam sebuah komunitas.
dan pertengahan tahun 2008 ini dia menikah. dengan seseorang yang tidak dikenal teman-temannya, dengan seorang WNA yang entah dimana dia mengenalnya.

disini aku menuliskan (pada judul) kalau temanmu benar-benar teman.


Fa - begitu aku memanggilnya- menelponku tiba-tiba, setelah cukup lama dia
menghilang dan berkeliling dunia... dia mengabarkan pernikahannya padaku, memintaku datang, dan sangat berharap aku ada didalam ruang perayaannya. hanya saja aku mungkin bukan teman yang baik, aku egois untuk diriku sendiri, AKU SEDANG SKRIPSI. dan semua pasti tau, aku tidak datang.

tapi teman yang benar-benar teman, "punya kesepakatan".
teman yang benar-benar teman, tidak akan mengingkari apa yang sudah dia katakan. dan aku BERUSAHA.
( foto dari sini )


Fa dan aku membuat perjanjian :
-phy, kalau fa ke malang. phy harus ketemu fa, temenin fa jalan, kita cerita-cerita. soalnya kita dah lama banget gak ketemuan!-

Ok!

aku dan fa sudah lewat 4 tahun tidak bertemu sejak terakhir kali aku ke Jakarta di awal 2004. dan pertemanan kami hanya sebatas e-mail, sms, atau e-card lebaran.
aku dan fa, seperti halnya banyak dari mereka yang berteman, terikat karena "Saling Peduli, Saling Percaya, dan Saling Menyayangi."

aku dan fa, betemu karena ketidak sengajaan, bersama arena satu tujuan, berpisah dengan keterpaksaan yang tidak diinginkan, dan bertemu lagi dengan ketidak-sengajaan. berpisah karena kewajiban, dan entah kapan kami bisa bertemu lagi.

dan benar, Fa datang! bersama suami-nya.
ke Malang! ke kotaku!!!!


-semua teman fa yang lain pasti cemburu, kalau aku cerita lengkapnya-

-yang datang di pernikahan fa -

aku dan fa, aku tak ingin membuat siapapun merasa aku menyombongkan sesuatu yang biasa. tapi seperti judul yang aku tulis diatas! Kalau Temanmu benar-benar Teman.
aku hanya ingin menjadikan tahun ini berarti, menjadikan tahun ini pantas untuk dikenang. menjadikan tahun ini menjadi tahun terbaik dalam perjalanan masa study-ku yang panjang dan melelahkan.

diantara kesibukan SKRIPSI  yang menggila, deadline maket dan baaaaaaaanyak kesibukan yang menghantui isi otakku. aku bertemu temanku LAGI! setelah pertemuan terakhir, tahun 2004 lalu.
(sayang foto-fotonya belum dikirim fa)

aku dan Fa bertemu,
Hari itu adalah hari yang ANEH, fa mengabariku lewat sms...
dia sudah dekat Malang, aku pikir fa naik pesawat atau bus. ternyata dia naik kereta, dari JOGJA. dan dengan segala sisa tenaga yang aku punya, akibat lembur karena deadline pengumpulan berkas SKRIPSI. temanku datang, aku menemuinya.
AKU KETEMU FARA! dengan suami-nya A-shim.

"mereka seperti terikat benang merah yang begitu erat, nyaman dan menyenangkan. mereka layaknyamerpati putih dengan kebebasan yang HALAL, penuh dengan rona percaya dan saling mengisi. beda benua bukan permasalahan diantara mereka, beda bahasa juga tidak menjadi jeda. aku jatuh cinta pada kebersamaan mereka, pada keterikatan mereka atas nama cinta yang suci."

hari itu adalah satu hari paling bersejarah dalam hidupku, selama ini aku yang selalu berdoa, berharap agar tak pernah kehilangan teman-temanku, karena aku jauh dari peradaban mereka (jakarta), dan salah satunya tiba..... temanku yang benar-benar teman.

beberapa hari aku masih dikejar deadline SIDANG AKHIR, maket dan laporan, sehingga aku tidak punya banyak waktu untuk Fa dan suaminya. tapi Fa tidak mengeluh, keliling Malang, ke tempat-tempat wisata, dilakoninya dengan bangga... "back-packers!"
dia sempat mampir ke Coban Rondo - salah satu wisata air terjun terkenal di Malang- JALAN KAKI!!! huh.... aku gak habis pikir, padahal ada ojek disana. dan setelah dari coban rondo... (hari itu 22 Juli 2008)
Fa mengabariku, kalau dia bersedia mampir dirumahku. dan sambil menunggunya, aku mengobrak-abrik page teman-temanku dari salah satu warnet dekat rumah.... hampir 2 jam... dan dia bilang, sudah sampai.
dari seberang jalan...
ah.. kalau kuingat itu lekat-lekat....
akhirnya Fa sampai kerumahku....
(yang lain dilarang cemburu!!!!!)

dengan sedikit acara sibuk-sibuk bongkar isi kamarku (fa menculik biru dan ccb&a-cetakan pertama), mengenang halaman-halaman surat dari Fara yang masih kusimpan sampai sekarang.... dan sang suami yang pergi kemasjid dengan papaku (cat: sang suami fa, ngobrol dengan papaku berbahasa Arab- papa ku lulusan Riyadh, dan A'shim sedang study di Qatar, jadi mereka nyambung dengan bahasa Arab)

akhirnya fa kembali ke penginapan, diantar aku, papa, dan mamaku.
esoknya mereka berencana ke Bromo dan check out jam 10 dari penginapan. aku yang GILA dengan tugas akhir yang paling akhir, meninggalkan pekerjaanku yang setengah jadi (waktu itu). menemani fa check out, membawakannya sedikit sarapan.. (roti dan ice creame), dan berpisah lagi.....
tapi aku sempat memaksa fa menuliskan sesuatu untukku... sesuatu yang menjadi pengikatku dengan banyak temanku. teman yang sebenar-benarnya teman.

(ini salinannya)

depan mata Ephy, 23 Juli 2008
(center-arabic) Bismillahirrahmanirrahiim

Ephy,
Terima kasih untuk telah menjadi satu percikan cahaya dalam hidup Fara.

Semoga Allah (Arbic) balas semua kebaikan Ephy ya,
karna Fara tahu, Fara ga mungkin bisa membalasnya .. =)

Semoga suatu hari nanti, entah kapan dan dimana,
jalan hidup kita bersimpangan lagi ya Phy....

Dan semoga sampai saat itu tiba
Allah selalu melindungimu dalam cahaya.
Amin.

(Signature) Fara


dan....
Fa melanjutkan perjalannya ke Bromo.
aku kembali ke deadline sidang!
pengumpulan Maket esoknya.. dan ternyata?????
ya.. kadang teman memang harus membuktikan diri dengan kemampuannya sendiri...
( lihat maket dan sidang-ku di sini )

kalau tidak salah ingat, sekitar pertengahan Agustus, Fara sempat kembali menghubungiku. minta alamat rumah, karena akan mengirimkan beberapa foto.... tapi sampai bulan berikutnya, paket itu tidak datang, aku sempat heran, sudha jadi dikirim, hilang dijalan, atau belum dikirim??? aku menghubungi Fa dirumah, bundanya yang menerima telepon (seperti biasa) fa sudah tidur, deadline skripsi juga, dan dia ada pekerjaan untuk program beasiswa, yang akan mendekatkan dirinya dengan sang Suami yang telah kembali ke Qatar.

bulan-bulan yang sepi tanpa Fa.. kembali....
aku lulus, wisuda, dan mulai bekerja...
hingga hari ini tiba.
Satu malam dimana aku sangat lelah.. satu malam dimana yang lain mungkin sedang berpesta meriah...
Fa, online... (by sms@ym)

tapi aku sudah sangat mengantuk....

pagi ini, salah satu hari libur akhir tahun...
Fa menelponku.

- Fa sedang perjalanan ke Klaten, phy. acara perpisahan dengan teman-teman kampus. Fa dapat beasiswanya, dan Fa berangkat tanggal 3 bulan depan (lebih tepatnya setelah tahun baru) setelah urus study, Fa mau ke Inggris!!!

(itu simpulan obrolan singkat kami, fa sedang di bus. berisik!!!)

Kalau temanmu benar-benar teman

gak ada yang sulit
gak ada yang mahal
gak ada yang akan membuatmu melupakannya
sekalipun kesibukan membuatmu lelah
sekalipun jarak memisahkan ruang
sekalipun benua memisahkan waktu

kalau temanmu adalah teman
dia akan ada untukmu mengisi waktu
sekalipun kamu tak tau
dia sedang sibuk dengan hidupnya
kalau temanmu adalah teman
kamu akan ada selalu
untuk dia yang mencari teman saat sepi

aku tidak bicara tentang sahabat
belahan jiwa
atau bagian dari hidup
aku tidak bicara bagaimana berteman
atau seperti apa teman

tapi aku katakan,
temanmu yang teman
adalah mereka yang tak pernah terlupakan
walau banyak hal yang membedakan, memisahkan, bahkan mengacaukan....

Fara adalah teman untukku
dan aku adalah teman untuk fara...
sekalipun kami sangat berbeda
tapi kami adalah teman...

ah.....
sudah akhir 2008...
tahun dengan banyak catatan kaki, dimana :
usiaku jadi 23
nisa' berangkat ko-as, menghilang ke Surabaya, muncul lagi waktu idh'adha
adikku menikah ( check )
fara menikah
aku selesai skripsi (check )
dee' berangkat ke Jakarta -setelah selesai skripsi tapi belum wisuda- sudah dapat kerja
belajar sebentar di Collective Design Studio
aku wisuda
aku sibuk cari kerja
aku mendapatkan job "gila"
aku dapat kabar pernikahan mereka... ( check )
dan...
aku masih single saja....

tapi teman?
tetap teman....
siapa pun kalian....
TETAPLAH BERTEMAN
JAGALAH PERTEMANAN KALIAN
karena teman.... itu teman....


-sincerely on writing this term!-
Ephy Scarf

Wednesday, December 03, 2008

C4T4T4N LuK4 H4T!

Kamu gak akan pernah tau seberapa besar perasaanmu katika kamu sedang jatuh cinta. Karena itu sering kali kamu tak akan mengatakannya sampai kamu yakin benar kalau kamu sedang jatuh cinta. Meski sering jadinya itu menyenangkan, tapi banyak juga yang harus mengalami kepedihan karena cintanya tak tersampaikan. Ada satu waktu dimana kamu bisa merasakan mereka yang berduka, tapi sering pula kamu mangabaikannya karena berfikir itu tidak penting untuk disimak, apa lagi ikut bersimpati karenanya.

Tapi bagaimana jika kesedihan itu adalah bagian dari hidupmu? Bagaimana kalau ternyata kamu yang mengalami perih dan luka karena perasaan yang tak tersampaikan, karena ditolak, atau mungkin diabaikan.

Seseroang pernah mengajarkan dengan nyata padaku tentang, lebih baik kamu ditinggalkan daripada ada tapi diabaikan, dan ditinggalkan itu jauh lebih baik dari pada kamu ada, tapi dibenci selamanya dan kebencian itu tak terhapuskan.

Dia yang meninggalkan, seringkali menyimpulkan untuk tidak menggambarkan kebencian yang mungkin akan menyakitimu. Sungguh, itu semua nyata. Meski terkadang akan sangat sulit menerimanya.

Aku tidak sedang mengatakan hal yang hiperbolis, hanya saja ini adalah cerita tentang banyak hal yang menyakitkan, kemudian meninggalkannya adalah pilihan terbaik karena tak ingin menyimpan kesedihan itu menjadi kebencian.

Seorang kekasih yang jauh dari pandangan, sering kali bertanya tentang bagaimana kabar dan seperti apa sekarang kita. Tapi bagaimana jika itu tidak dilakukannya? Bagaimana jika sang kekasih lebih memilih untuk menjadi pendengar saja, tanpa banyak bertanya? Bagaimana jika dia lebih menyenangi tinggal dalam diam dan membisu diantara kenyataan bahwa kita ingin disapa dan ditanyai tentang apa-apa yang ada dalam diri kita saat ini?

Ada banyak ide tumpah ketika aku sedang sakit hati. Setengah gila kalau kata –phy-. Bukan berarti aku benar-benar gila, tapi yang senyatanya aku memang merasakan sakit hingga terluka, dan perasaan yang terbunuh namun tidak pernah mati. Seperti hantu atau roh yang gentayangan? Mungkin seperti itu. Aku merasakan semua yang sudah berlalu itu masih nyata dan bisa kunikmati seperti yang sudah-sudah. Tidak habis pikir terkadang, kenapa aku bisa memilih untuk bertahan dengan rasa ini?

Satu hari dimana aku jatuh hati, aku sangat termotifasi karena dia, aku merasa hidup karena dia, aku menjadi aku yang sangat aku. Tapi kemudian dia menghilang tanpa kata. Dia tidak memberi jawaban atas banyak tanyaku, bahkan dia tidak pernah ada saat aku inginkan dia ada. Itu membuat aku sakit, sampai menangis untuk menahan airmata agar tidak tumpah. Menangis tanpa air mata? Ya, aku melakukannya. Hanya terbekap diam menahan sedu dibawah bantal dan selimut. Kalau dia tau sudah menyakitiku sampai seperti itu, sungguh pasti akan sangat menyesal dia melakukannya terhadapku.

Hal yang menyakitkan telah banyak mengajarkanku untuk bertahan dalam diam yang beku, menyimpan semua duka itu dalam satu peti kebisuan, dan hanya berkata-kata lewat tulisan yang mungkin hanya akan dibaca sebagai sedikit fiksi dan seulas hiburan yang menyemangati siapapun untuk berbuat lebih baik dari yang sudah aku lakukan.

Kebencian dan luka itu sudah jadi bagian yang melekat dalam tulisan-tulisanku. Seperti kembar identik dengan usaha bertahan menghasilkan karya walau tak ada yang membaca. Ya, seperti itu.

Ada cerita luka yang lain, yang tidak mungkin diabaikan walau hanya tertoreh oleh pena. Cerita tentang sebuah persahabatan yang diakhiri dengan perpisahan yang menyisakan luka, dan terlupakan setelah sekian lama tak bertemu muka. Itu aneh, terkesan ganjil dan sulit dimengerti. Tapi kenyataannya ada.

Menyemai cinta, memupuk kasih, menuai benci?

Cerita yang aneh….

Aku sedang berusaha menguasai diriku dari menulis banyak hal buruk yang mungkin akan melukai banyak orang disekitarku. Aku ini orang paling menyedihkan dalam memaknai kenyataan, karena pada garis nyata dihadapanku, aku hanya orang yang menikmati fiksi hingga mati terbunuh oleh perasaan kacau dan menyakitkan. Siapa yang percaya? Gak bakal ada. Bahkan kalaupun ada, psikiater andal sekalipun hanya akan mengatakan, aku butuh relaksasi, refreshing, dan sejenak meninggalkan khayalan-khayalan mematikanku itu.

Aku tidak punya pendengar, sekalipun bundaku mendengarkan, aku tidak bicara dengan hatinya. Aku hanya bicara agar bunda sedikit tau kalau aku tetap baik-baik saja ditengah kekacauan dan bungkam diamku menghadapi banyak kekakcauan yang tak terselesaikan oleh separuh kerja otakku sebagai manusia normal.

Ok

Ok

Ok

Kita kembali pada catatan menyedihkan ini.

Aku sedang diruntuhi rasa jenuh, sedang ditimbun kebosanan, sedang bertempur melawan kebencian karena seorang gila yang membuatku bertanya-tanya, apa mau dia dariku. Aku tidak suka dipermainkan. Siapa yang suka???? Dipermainkan? Apa lagi perasaan yang dipakai!!!

Aku bakal bikin dia mati dengan caraku. Mati dan tak punya rasa apa-apa lagi.

Suara setan sedang berbisik dalam otakku, hingga jemariku melambat saat mengeja.

Aku berhenti.

Berhenti


27 November 2008 11:00 a.m

Friday, April 25, 2008

L3L4K1 BuNG4 #1

Dion... Kaka... Vito...

Dan gak ada yang lebih mengenal mereka dari pada aku, yang hanya duduk di sudut kantin dan mengagumi kedekatan mereka sebagai teman satu kelas, satu kos, dan sama-sama jomblo. Meskipun sesekali aku bertemu dengan Kaka di jalan, dia masih dengan setia mengantar sepupunya Mutia yang selalu saja merasa bangga atas Kaka dan menjadikan Vito sebagai teman pemotretannya.
Dan hari ini, mereka sedang sibuk mengerjakan tugas kalkulus yang sudah kuselesaikan sejak dua jam yang lalu, saat aku mulai duduk di sudut kantin kampus, mengumpulkan banyak hal yang ingin aku tulis tentang mereka. Aku punya target, kalau aku lulus mereka adalah tokoh utama buku yang akan aku terbitkan.
Satu, dua, tiga... Dua jam, dan Dion beranjak dari duduknya, memandang sekitar lalu menghampiriku.
“Ter, soal yang ini kita gak ngerti. Ajarin dong.” Dion memang yang paling muda diantara mereka ber-3, tapi Dion sebenarnya punya kharisma seindah teratai putih, dan aku bisa membacanya dari cara dia memegang pinsil, menyandangkan tas biru kesayangannya, juga cara dia menanggapi senyuman Aletta yang selalu saja bercerita tentang Dion saat sebelum tidur malam.
“Hm...” Aku tak berniat menanggapinya atau siapapun yang bertanya tentang kalkulus di kantin.
“Ter, kita beliin kamu coklat deh.” Dia mencoba membuatku mengangkat wajah, ok, Aku memang suka sekali dengan coklat, tapi dalam bulan ini aku tidak menerima tawaran apapun dengan coklat.
“Aku lagi diet.” Dan jawaban itu sudah kusiapkan sejak sebulan yang lalu.
“Yah, Terry, ayo dong... please.. kalo gak tar kita gak bisa ikut ujian nih... tau sendiri Pak Bas galaknya amit-amit.” Alasannya memang tepat, tapi Pak Bas? Itu semua sebenarnya bisa diatur.
“Gak.” Dan entah kenapa keangkuhanku bisa keluar setiap kali harus menghadapi rayuan-rayuan basi junior yang membosankan seperti mereka. Ok, tidak dengan Dion.
Satu, dua, tiga... Sekali lagi batinku menghitung, sudut mataku menemukan Vito beranjak dari bangkunya.

“Terry.... kita lunch bareng deh besok.” Rayuan yang sama.
“Gak, aku lagi diet.” Dan kali ini aku menolak makan siang? Oh, tidak!
“Yah, Terry... gimana, dong. Kita mentok banget nih....” Vito, sebenarnya dia tidak bodoh, hanya saja kepedulian dan kesibukannya menjadi model kadang membuatku sakit perut. Dengan style yang seperti itu, dia labih banyak dapat tawaran untuk berpose wanita daripada lelaki, meskipun jemarinya terlihat kokoh dan alis mata yang tebal menggambarkan ketegasan ekspresinya. Gambaranku tentangnya adalah tulip merah yang disandingkan dengan crisant biru dalam buket cantik.
“Hm...” Aku benar-benar tidak menanggapi mereka, Oh, God!
“Tar kita temenin belanja, deh!!!!!” Dion menimpali.
“Ha?” Tawaran Dion benar-benar konyol kali ini, belanja? Bahkan ke mall pun aku ogah.
“Lho? Bukannya kamu belum belanja bulanan? Ini kan baru tanggal dua puluh delapan.” Dan pembelaan Vito menjelaskan maksud mereka.
“Maaf, gak bisa.” Oh, God, berapa banyak penghematan keuangan bulan depan kalau mereka benar-benar mau memberikan semuanya demi dua soal kalkulus yang adalah soal rekomendasiku?
Satu, dua, tiga.... Dan tinggal Kaka, dia menyusul dua temannya ini menghampiriku.
“Ya, udah... apa yang lo mau deh, Ter.. asal jangan ajak-ajak Mutia.” Sepertinya Kaka punya solusi untuk semua penolakanku tadi.
Seorang Kaka adalah mawar merah dan segar, aroma dirinya selalu saja membuatku takjub. Bagaimana bisa seorang lelaki memiliki kharisma seindah itu, diantara komunitas yang kadang serupa komunitas sapi, kerbau, kadal, dan Kaka bisa menjadi seindah itu?
“Apa aja?” Aku memastikan dengan menatap wajah mereka, hal yang paling tidak suka aku lakukan, tapi aku melakukannya dengan bangga sekarang.
“Iya...” Vito menjawab bersama Kaka, sedang Dion hanya mengangguk lemah.
“Demi ujian akhir Ter...” Kaka seperti sudah kehabisan oksigen, dia tampak pucat dengan terbatasnya waktu sebelum menit-menit pengumpulan siang ini. Dan aku akan sangat menyayangkan kalau keindahan mawar itu luntur hanya karena mereka harus memohon pada perempuan sepertiku.
“Ok. Aku mau kalian jadi objek tulisan aku, dan kalian harus mau diwawancara, minimal sampai semester depan!” Kuajukan tawaranku.
“Ha?” Dan sesuai dengan perkiraanku, cara mereka menanggapinya pun sama, tetap dengan keindahan yang berciri-khas keindahan bunga-bunga.
“Apa aja kan?” Sekali lagi aku meyakinkan mereka, dengan mengangkat alis kiriku.
“Tapi kamu bakal bantuin kita sampai semester depan juga, kan?” Dion, sayangnya dia tidak memanfaatkanku dari dulu, dia jauh lebih pintar dariku sebenarnya.
“Hm... bisa diatur.” Aku menghela nafasku panjang, menutup buku catatanku dan menatap mereka bergantian.
“Ya, udah. Sekarang mana kerjaan kalian, nanti siang kita tanda tangani surat perjanjiannya di PH.” Aku masih heran dengan ekspresi mereka yang membeku.
“Ha?” dan kali ini aku cairkan dengan senyuman penuh keyakinan.
“Yup, kalian yang bayar.” Kali ini aku serasa memeras mereka.
Itu baru permulaannya, karena entah kenapa, sejak menemukan mereka sedang duduk ber-3 di salah satu meja kantin, aku merasa menemukan inspirasi tak terbatas yang akan bisa berkembang menjadi cerita mengagumkan kalau aku menekuninya. Dan kalau ada yang bertanya, bagaimana aku bisa mengaturnya? Sebenarnya itu mudah, aku sudah satu tahun menjadi asisten dosen untuk lima mata kuliah paling ditakuti di jurusanku. Salah satunya kalkulus, yang menjadi hantu menakutkan bagi mereka yang tidak hobi dengan angka, karena sebagai mata kuliah pra-syarat.
Dan kebetulan yang sudah sesuai rencana, semester ini aku ikut andil dalam pengumpulan soal-soal ujian dan kuis di tiga, dari lima mata kuliah yang paling ditakuti itu. Termasuk Vito, dia sudah tiga kali mengulang kalkulus. Dan kali ke-3 ini dia harus mengakui, kalau aku yang pernah dengan tidak sengaja disiramnya dengan sebotol soft drink, adalah manusia yang paling mengerti apa yang dibutuhkannya saat ini, selain kalkulus tentunya.
Menu makan siang sederhana, salad dan roti barbeque favoritku. Aku kurang suka pizza, walau sebenarnya aku pemakan segala. Tapi aku akan lebih senang, sarapan dengan cruisant atau minum coffe latte saat sedang sibuk dengan bahan tulisan yang menyenangkan.
Oh, ya, sebelumnya aku perkenalkan diri lebih dulu.
Terry, sebenarnya bukan Terry, tapi nama itu lebih menyenangkan untuk disebut, sebenarnya itu nama cinta pertamaku, namaku Azalea Antoinetta, tidak ada satu katapun yang manghubungkan nama itu dengan Terry, selain masa laluku. Pecinta hijau dan ungu, terobsesi dengan bangunan pencakar langit, dan paling suka dengan beragam puisi, walau sebenarnya tidak banyak juga buku puisi yang aku baca. Tapi bait-bait Chairil Anwar cukup membantu dalam mendatangkan inspirasi. Style utamaku adalah t-shirt oblong dan levis pinsil warna putih. Tapi sepertinya aku akan ganti gaya setelah surat pejanjian itu ditanda tangani oleh Tiga Lelaki Bunga itu.

Next....
Bagaimana hasil wawancara Terry...
Dan kehidupan percintaan Terry sendiri?

Friday, April 04, 2008

T4ste of My He4rt

Pernah aku mencintaimu
Sebesar harapanku akan masa depan yang indah dan pantas aku banggakan nantinya
Tapi cinta itu seakan pupus
Saat aku menyadari kenyataannya
Bahwa kamu tak akan pernah mencintaiku seperti yang aku inginkan dalam hatiku
Aku bukan ingin menjelaskan padamu
Bahwa aku sudah tidak mencintaimu seperti dulu
Tapi lebih pada sebuah pembelaan
Karena kini aku sedang belajar mencintai mereka yang mencintaiku
Tanpa harus selalu membandingkan cinta mereka dengan apa yang aku pernah dapatkan darimu
Dulu aku memang mencintaimu
Dan aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan padamu tentang itu
Sampai akhirnya aku kirimkan pesan itu
Dan semua nyatakan dengan jelas pada nafas dan hidupku
Bahwa tidak akan pernah ada cinta itu untukku
Dan aku telah berhenti mencintaimu
Lebih dari temanku
Lebih dari sahabatku
Semoga ini semua cukup menjadi penjelasan tentang apa yang masih aku simpan dalam hatiku hingga hari ini
Semoga....




-phy-
Obsesi masa lalu
26 Maret 2008. 18:40 wib

Saturday, February 16, 2008

B3rTuTuR C!nT4


Q

Menjelajahi suasana hati
Dengan romansa kejujuran
Aku terpikat dengan ketulusan
Yang ditawarkan lewat senyuman


R

Senyuman menawan hati
Diantara kisah indah sebuah dialog
Yang dirangkai alunan musik
Adalah satuan komposisi menarik


Q

Menarik bukan berarti terjerat
Karena lelaki bukan laba-laba
Yang senyatanya bertutur cinta
Dengan bualan yang tak mengikat

R

Mengikat janji dalam sebuah akad
Ini bukan permainan, cinta...
Sebenarnya waktu haruslah tahu
Agar tak ada yang salah mengerti

Q

Mengerti itu memahami
Tidak sekedar ucapan lisan
Yang sering kali terlupakan
Saat bahagia melampaui kesedihan, mengharukan

R

Kesedihan adalah ornamen kegagalan
Namun bukan berarti harus diiringi tangisan
Karena kebahagiaan juga punya air mata
Yang indahnya tak mungkin dikata

Q

Kata-katamu adalah madu
Saat keindahan ditawarkan
Hanya saja sering itu palsu
Yang kemudian menjeratku, kawan

R

Tidak, aku bukan kawanmu
Aku kekasihmu

Q

Kamu adalah sahabatku
Dan aku bukan kekasihmu

R

Tapi aku punya cinta untukmu
Dan seutuhnya dari dalam jiwa

Q

Jiwamu dan cintamu adalah kamu
Dan semua itu nyata
Karena manusia tak punya alasan
Membenci karena dicinta

R

Karena itu cintai aku juga
Karena itu jangan berpaling dari cinta

Q

Seperti memilih bunga
Siapapun boleh melakukannya
Seperti membeli sekeranjang jeruk
Kamupun boleh menilainya satu-satu

R

Dan aku pilih kamu
Hanya kamu
Untuk satu cintaku
Demi satu harapku

Q

Sampaikan saja pada cintamu
Aku tak bisa menerimanya

R

Dan aku tak akan berhenti mencoba
Sampai kamu menerimanya

Malang, 5 November 2007 (20.30)

Friday, January 04, 2008

Ke!Nd4H4N 2007

langit bicara tentang kehangatan
diantara senyum ketulusan
yang kau bagikanpada setiap perjumpaan

hari berikutnya
selalu saja kurindukan
apa yang kau hadirkan
lewat mimpi indah bersama

ini bukan valentine terbaik
tapi akan kuingat sepanjang
usiaku...
karena kamu adalah
kisah abadiku

-0-0-

menjelang tahun berganti
ada kerinduan mengisi hati
saat dimana kutemukan
kau hadir dengan senyuman

mungkin bulan bukan yang paling bijak
karena bunda selalu berpesan
"cintailah hatimu dengan kebaikan dan ketulusan"
dan aku tak pernah beranjak
dari kehangatan setiap kebaikan
yang adalah layak
menjelang tahun berganti

kuharapkan perbaikan diri
tetap bersama engkau di sisi

(inspired by djo)


-0-0-
mengenalmu

dari sosokmu yang menarik
mudah tuk disenangi

memahamimu
dari sifatmu yang hangat
mudah tuk dimengerti

menjadikanmu lebih dari teman
yang adalah sahabat

dari keberanianmu tuk jujur
dan selalu tulus saat berpendapat

hari ini aku tau
kekagumanku berteman denganmu
bukan tanpa alasan
hanya saja tak mudah tuk diungkapkan

karena aku tak punya
sesuatu yang sama
tuk ditukarkan
dengan setiap ketulusan

dan itu semua menjelaskan
saat kamu menjadikan
persahabatan ini satu pilihan terpuji

-0-0-

kasih...
pesan ini untukmu...
"karena sesuatu yang aku cari itu tidak ada disini

mungkin memang karena matahari tidak mengenalinya
sebagai satu sisi yang harus diterangi
hingga sekian waktu kuhabiskan sendiri... mencari...aku tidak menemukannya disini."
kasih...maafkan kebodohanku ini...

-0-0-