Basmalah... Bismillahirrahmanirrahiim

Hope Allah always beside on me, beside on us... and blessing all we do. Because without Allah, we are nothing.
Start everything in the name of Allah.

Kunjungan

Akhirnya mendapatkan petunjuk, untuk menjadikan halaman ini sebagai ruang belajar baru antara aku dan anakku. antara Shafiyyah dan Saffanah. mari kita coba -23042013-
free counters
Blogger Indonesia

Friday, April 25, 2008

L3L4K1 BuNG4 #1

Dion... Kaka... Vito...

Dan gak ada yang lebih mengenal mereka dari pada aku, yang hanya duduk di sudut kantin dan mengagumi kedekatan mereka sebagai teman satu kelas, satu kos, dan sama-sama jomblo. Meskipun sesekali aku bertemu dengan Kaka di jalan, dia masih dengan setia mengantar sepupunya Mutia yang selalu saja merasa bangga atas Kaka dan menjadikan Vito sebagai teman pemotretannya.
Dan hari ini, mereka sedang sibuk mengerjakan tugas kalkulus yang sudah kuselesaikan sejak dua jam yang lalu, saat aku mulai duduk di sudut kantin kampus, mengumpulkan banyak hal yang ingin aku tulis tentang mereka. Aku punya target, kalau aku lulus mereka adalah tokoh utama buku yang akan aku terbitkan.
Satu, dua, tiga... Dua jam, dan Dion beranjak dari duduknya, memandang sekitar lalu menghampiriku.
“Ter, soal yang ini kita gak ngerti. Ajarin dong.” Dion memang yang paling muda diantara mereka ber-3, tapi Dion sebenarnya punya kharisma seindah teratai putih, dan aku bisa membacanya dari cara dia memegang pinsil, menyandangkan tas biru kesayangannya, juga cara dia menanggapi senyuman Aletta yang selalu saja bercerita tentang Dion saat sebelum tidur malam.
“Hm...” Aku tak berniat menanggapinya atau siapapun yang bertanya tentang kalkulus di kantin.
“Ter, kita beliin kamu coklat deh.” Dia mencoba membuatku mengangkat wajah, ok, Aku memang suka sekali dengan coklat, tapi dalam bulan ini aku tidak menerima tawaran apapun dengan coklat.
“Aku lagi diet.” Dan jawaban itu sudah kusiapkan sejak sebulan yang lalu.
“Yah, Terry, ayo dong... please.. kalo gak tar kita gak bisa ikut ujian nih... tau sendiri Pak Bas galaknya amit-amit.” Alasannya memang tepat, tapi Pak Bas? Itu semua sebenarnya bisa diatur.
“Gak.” Dan entah kenapa keangkuhanku bisa keluar setiap kali harus menghadapi rayuan-rayuan basi junior yang membosankan seperti mereka. Ok, tidak dengan Dion.
Satu, dua, tiga... Sekali lagi batinku menghitung, sudut mataku menemukan Vito beranjak dari bangkunya.

“Terry.... kita lunch bareng deh besok.” Rayuan yang sama.
“Gak, aku lagi diet.” Dan kali ini aku menolak makan siang? Oh, tidak!
“Yah, Terry... gimana, dong. Kita mentok banget nih....” Vito, sebenarnya dia tidak bodoh, hanya saja kepedulian dan kesibukannya menjadi model kadang membuatku sakit perut. Dengan style yang seperti itu, dia labih banyak dapat tawaran untuk berpose wanita daripada lelaki, meskipun jemarinya terlihat kokoh dan alis mata yang tebal menggambarkan ketegasan ekspresinya. Gambaranku tentangnya adalah tulip merah yang disandingkan dengan crisant biru dalam buket cantik.
“Hm...” Aku benar-benar tidak menanggapi mereka, Oh, God!
“Tar kita temenin belanja, deh!!!!!” Dion menimpali.
“Ha?” Tawaran Dion benar-benar konyol kali ini, belanja? Bahkan ke mall pun aku ogah.
“Lho? Bukannya kamu belum belanja bulanan? Ini kan baru tanggal dua puluh delapan.” Dan pembelaan Vito menjelaskan maksud mereka.
“Maaf, gak bisa.” Oh, God, berapa banyak penghematan keuangan bulan depan kalau mereka benar-benar mau memberikan semuanya demi dua soal kalkulus yang adalah soal rekomendasiku?
Satu, dua, tiga.... Dan tinggal Kaka, dia menyusul dua temannya ini menghampiriku.
“Ya, udah... apa yang lo mau deh, Ter.. asal jangan ajak-ajak Mutia.” Sepertinya Kaka punya solusi untuk semua penolakanku tadi.
Seorang Kaka adalah mawar merah dan segar, aroma dirinya selalu saja membuatku takjub. Bagaimana bisa seorang lelaki memiliki kharisma seindah itu, diantara komunitas yang kadang serupa komunitas sapi, kerbau, kadal, dan Kaka bisa menjadi seindah itu?
“Apa aja?” Aku memastikan dengan menatap wajah mereka, hal yang paling tidak suka aku lakukan, tapi aku melakukannya dengan bangga sekarang.
“Iya...” Vito menjawab bersama Kaka, sedang Dion hanya mengangguk lemah.
“Demi ujian akhir Ter...” Kaka seperti sudah kehabisan oksigen, dia tampak pucat dengan terbatasnya waktu sebelum menit-menit pengumpulan siang ini. Dan aku akan sangat menyayangkan kalau keindahan mawar itu luntur hanya karena mereka harus memohon pada perempuan sepertiku.
“Ok. Aku mau kalian jadi objek tulisan aku, dan kalian harus mau diwawancara, minimal sampai semester depan!” Kuajukan tawaranku.
“Ha?” Dan sesuai dengan perkiraanku, cara mereka menanggapinya pun sama, tetap dengan keindahan yang berciri-khas keindahan bunga-bunga.
“Apa aja kan?” Sekali lagi aku meyakinkan mereka, dengan mengangkat alis kiriku.
“Tapi kamu bakal bantuin kita sampai semester depan juga, kan?” Dion, sayangnya dia tidak memanfaatkanku dari dulu, dia jauh lebih pintar dariku sebenarnya.
“Hm... bisa diatur.” Aku menghela nafasku panjang, menutup buku catatanku dan menatap mereka bergantian.
“Ya, udah. Sekarang mana kerjaan kalian, nanti siang kita tanda tangani surat perjanjiannya di PH.” Aku masih heran dengan ekspresi mereka yang membeku.
“Ha?” dan kali ini aku cairkan dengan senyuman penuh keyakinan.
“Yup, kalian yang bayar.” Kali ini aku serasa memeras mereka.
Itu baru permulaannya, karena entah kenapa, sejak menemukan mereka sedang duduk ber-3 di salah satu meja kantin, aku merasa menemukan inspirasi tak terbatas yang akan bisa berkembang menjadi cerita mengagumkan kalau aku menekuninya. Dan kalau ada yang bertanya, bagaimana aku bisa mengaturnya? Sebenarnya itu mudah, aku sudah satu tahun menjadi asisten dosen untuk lima mata kuliah paling ditakuti di jurusanku. Salah satunya kalkulus, yang menjadi hantu menakutkan bagi mereka yang tidak hobi dengan angka, karena sebagai mata kuliah pra-syarat.
Dan kebetulan yang sudah sesuai rencana, semester ini aku ikut andil dalam pengumpulan soal-soal ujian dan kuis di tiga, dari lima mata kuliah yang paling ditakuti itu. Termasuk Vito, dia sudah tiga kali mengulang kalkulus. Dan kali ke-3 ini dia harus mengakui, kalau aku yang pernah dengan tidak sengaja disiramnya dengan sebotol soft drink, adalah manusia yang paling mengerti apa yang dibutuhkannya saat ini, selain kalkulus tentunya.
Menu makan siang sederhana, salad dan roti barbeque favoritku. Aku kurang suka pizza, walau sebenarnya aku pemakan segala. Tapi aku akan lebih senang, sarapan dengan cruisant atau minum coffe latte saat sedang sibuk dengan bahan tulisan yang menyenangkan.
Oh, ya, sebelumnya aku perkenalkan diri lebih dulu.
Terry, sebenarnya bukan Terry, tapi nama itu lebih menyenangkan untuk disebut, sebenarnya itu nama cinta pertamaku, namaku Azalea Antoinetta, tidak ada satu katapun yang manghubungkan nama itu dengan Terry, selain masa laluku. Pecinta hijau dan ungu, terobsesi dengan bangunan pencakar langit, dan paling suka dengan beragam puisi, walau sebenarnya tidak banyak juga buku puisi yang aku baca. Tapi bait-bait Chairil Anwar cukup membantu dalam mendatangkan inspirasi. Style utamaku adalah t-shirt oblong dan levis pinsil warna putih. Tapi sepertinya aku akan ganti gaya setelah surat pejanjian itu ditanda tangani oleh Tiga Lelaki Bunga itu.

Next....
Bagaimana hasil wawancara Terry...
Dan kehidupan percintaan Terry sendiri?

Friday, April 04, 2008

T4ste of My He4rt

Pernah aku mencintaimu
Sebesar harapanku akan masa depan yang indah dan pantas aku banggakan nantinya
Tapi cinta itu seakan pupus
Saat aku menyadari kenyataannya
Bahwa kamu tak akan pernah mencintaiku seperti yang aku inginkan dalam hatiku
Aku bukan ingin menjelaskan padamu
Bahwa aku sudah tidak mencintaimu seperti dulu
Tapi lebih pada sebuah pembelaan
Karena kini aku sedang belajar mencintai mereka yang mencintaiku
Tanpa harus selalu membandingkan cinta mereka dengan apa yang aku pernah dapatkan darimu
Dulu aku memang mencintaimu
Dan aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan padamu tentang itu
Sampai akhirnya aku kirimkan pesan itu
Dan semua nyatakan dengan jelas pada nafas dan hidupku
Bahwa tidak akan pernah ada cinta itu untukku
Dan aku telah berhenti mencintaimu
Lebih dari temanku
Lebih dari sahabatku
Semoga ini semua cukup menjadi penjelasan tentang apa yang masih aku simpan dalam hatiku hingga hari ini
Semoga....




-phy-
Obsesi masa lalu
26 Maret 2008. 18:40 wib