Basmalah... Bismillahirrahmanirrahiim

Hope Allah always beside on me, beside on us... and blessing all we do. Because without Allah, we are nothing.
Start everything in the name of Allah.

Kunjungan

Akhirnya mendapatkan petunjuk, untuk menjadikan halaman ini sebagai ruang belajar baru antara aku dan anakku. antara Shafiyyah dan Saffanah. mari kita coba -23042013-
free counters
Blogger Indonesia

Wednesday, December 03, 2008

C4T4T4N LuK4 H4T!

Kamu gak akan pernah tau seberapa besar perasaanmu katika kamu sedang jatuh cinta. Karena itu sering kali kamu tak akan mengatakannya sampai kamu yakin benar kalau kamu sedang jatuh cinta. Meski sering jadinya itu menyenangkan, tapi banyak juga yang harus mengalami kepedihan karena cintanya tak tersampaikan. Ada satu waktu dimana kamu bisa merasakan mereka yang berduka, tapi sering pula kamu mangabaikannya karena berfikir itu tidak penting untuk disimak, apa lagi ikut bersimpati karenanya.

Tapi bagaimana jika kesedihan itu adalah bagian dari hidupmu? Bagaimana kalau ternyata kamu yang mengalami perih dan luka karena perasaan yang tak tersampaikan, karena ditolak, atau mungkin diabaikan.

Seseroang pernah mengajarkan dengan nyata padaku tentang, lebih baik kamu ditinggalkan daripada ada tapi diabaikan, dan ditinggalkan itu jauh lebih baik dari pada kamu ada, tapi dibenci selamanya dan kebencian itu tak terhapuskan.

Dia yang meninggalkan, seringkali menyimpulkan untuk tidak menggambarkan kebencian yang mungkin akan menyakitimu. Sungguh, itu semua nyata. Meski terkadang akan sangat sulit menerimanya.

Aku tidak sedang mengatakan hal yang hiperbolis, hanya saja ini adalah cerita tentang banyak hal yang menyakitkan, kemudian meninggalkannya adalah pilihan terbaik karena tak ingin menyimpan kesedihan itu menjadi kebencian.

Seorang kekasih yang jauh dari pandangan, sering kali bertanya tentang bagaimana kabar dan seperti apa sekarang kita. Tapi bagaimana jika itu tidak dilakukannya? Bagaimana jika sang kekasih lebih memilih untuk menjadi pendengar saja, tanpa banyak bertanya? Bagaimana jika dia lebih menyenangi tinggal dalam diam dan membisu diantara kenyataan bahwa kita ingin disapa dan ditanyai tentang apa-apa yang ada dalam diri kita saat ini?

Ada banyak ide tumpah ketika aku sedang sakit hati. Setengah gila kalau kata –phy-. Bukan berarti aku benar-benar gila, tapi yang senyatanya aku memang merasakan sakit hingga terluka, dan perasaan yang terbunuh namun tidak pernah mati. Seperti hantu atau roh yang gentayangan? Mungkin seperti itu. Aku merasakan semua yang sudah berlalu itu masih nyata dan bisa kunikmati seperti yang sudah-sudah. Tidak habis pikir terkadang, kenapa aku bisa memilih untuk bertahan dengan rasa ini?

Satu hari dimana aku jatuh hati, aku sangat termotifasi karena dia, aku merasa hidup karena dia, aku menjadi aku yang sangat aku. Tapi kemudian dia menghilang tanpa kata. Dia tidak memberi jawaban atas banyak tanyaku, bahkan dia tidak pernah ada saat aku inginkan dia ada. Itu membuat aku sakit, sampai menangis untuk menahan airmata agar tidak tumpah. Menangis tanpa air mata? Ya, aku melakukannya. Hanya terbekap diam menahan sedu dibawah bantal dan selimut. Kalau dia tau sudah menyakitiku sampai seperti itu, sungguh pasti akan sangat menyesal dia melakukannya terhadapku.

Hal yang menyakitkan telah banyak mengajarkanku untuk bertahan dalam diam yang beku, menyimpan semua duka itu dalam satu peti kebisuan, dan hanya berkata-kata lewat tulisan yang mungkin hanya akan dibaca sebagai sedikit fiksi dan seulas hiburan yang menyemangati siapapun untuk berbuat lebih baik dari yang sudah aku lakukan.

Kebencian dan luka itu sudah jadi bagian yang melekat dalam tulisan-tulisanku. Seperti kembar identik dengan usaha bertahan menghasilkan karya walau tak ada yang membaca. Ya, seperti itu.

Ada cerita luka yang lain, yang tidak mungkin diabaikan walau hanya tertoreh oleh pena. Cerita tentang sebuah persahabatan yang diakhiri dengan perpisahan yang menyisakan luka, dan terlupakan setelah sekian lama tak bertemu muka. Itu aneh, terkesan ganjil dan sulit dimengerti. Tapi kenyataannya ada.

Menyemai cinta, memupuk kasih, menuai benci?

Cerita yang aneh….

Aku sedang berusaha menguasai diriku dari menulis banyak hal buruk yang mungkin akan melukai banyak orang disekitarku. Aku ini orang paling menyedihkan dalam memaknai kenyataan, karena pada garis nyata dihadapanku, aku hanya orang yang menikmati fiksi hingga mati terbunuh oleh perasaan kacau dan menyakitkan. Siapa yang percaya? Gak bakal ada. Bahkan kalaupun ada, psikiater andal sekalipun hanya akan mengatakan, aku butuh relaksasi, refreshing, dan sejenak meninggalkan khayalan-khayalan mematikanku itu.

Aku tidak punya pendengar, sekalipun bundaku mendengarkan, aku tidak bicara dengan hatinya. Aku hanya bicara agar bunda sedikit tau kalau aku tetap baik-baik saja ditengah kekacauan dan bungkam diamku menghadapi banyak kekakcauan yang tak terselesaikan oleh separuh kerja otakku sebagai manusia normal.

Ok

Ok

Ok

Kita kembali pada catatan menyedihkan ini.

Aku sedang diruntuhi rasa jenuh, sedang ditimbun kebosanan, sedang bertempur melawan kebencian karena seorang gila yang membuatku bertanya-tanya, apa mau dia dariku. Aku tidak suka dipermainkan. Siapa yang suka???? Dipermainkan? Apa lagi perasaan yang dipakai!!!

Aku bakal bikin dia mati dengan caraku. Mati dan tak punya rasa apa-apa lagi.

Suara setan sedang berbisik dalam otakku, hingga jemariku melambat saat mengeja.

Aku berhenti.

Berhenti


27 November 2008 11:00 a.m

1 comment:

  1. Anonymous3:49 PM

    tinggalkan pesan anda.. untuk saya disini....

    ReplyDelete

tinggalkan pesan anda disini...